WISATA | 26 OCT 2021

Deretan Istilah Surabaya Yang Sering Digunakan Warga Kota Pahlawan!

Istilah Surabaya - Istilah Surabaya atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. 

Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Nah, kira-kira apa saja sih istilah Surabaya yang wajib kamu ketahui dan biasanya sering digunakan warga Kota Pahlawan setiap harinya? Yuk cek istilahnya di kamus berikut ini!


yangpentinghepi.com

Kamus Istilah Surabaya Sehari-Hari:

  • "Pongor, Gibeng, Santap, Jotos, Tempeleng, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);

  • "kathuken" berarti "kedinginan" (bahasa Jawa standar: kademen);

  • "gurung" berarti "belum" (bahasa Jawa standar: durung);

  • "gudhuk" berarti "bukan" (bahasa Jawa standar: dudu);

  • "deleh" berarti "taruh/letak" (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);

  • "kek" berarti "beri" (dikek'i=diberi, kek'ono=berilah) (bahasa Jawa standar: wenehi);

  • "ae" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: wae);

  • "gak/ogak" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ora);

  • "arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);

  • "cak" berarti "mas" atau "kakak laki-laki" (bahasa Jawa standar: mas);

  • "kate/kape" berarti "akan" (bahasa Jawa standar: arep);

  • "laopo/lapo" berarti "sedang apa" atau "ngapain" (bahasa Jawa standar: ngopo);

  • "opo'o" berarti "mengapa" (bahasa Jawa standar: kenopo);

  • "soale" berarti "karena" (bahasa Jawa standar: kerono);

  • "atik" (diucapkan "atek") berarti "pakai" atau "boleh" (khusus dalam kalimat"gak atik!" yang artinya "tidak boleh");

  • "cek" ("e" diucapkan seperti kata "sore") berarti "agar/supaya" (bahasa Jawa standar: ben/supados);

  • "gocik" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: jireh);

  • "rusuh" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: reged);

  • "gae" berarti "pakai/untuk/buat" (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);

  • "andhok" berarti "makan di tempat selain rumah" (misal warung);

  • "cangkruk" berarti "nongkrong";

  • "babah" berarti "biar/masa bodoh";

  • "sampek/sampik" berarti "sampai/hingga" (bahasa Jawa standar: nganti);

  • "barekan" berarti "lagipula";

  • "masiyo" berarti "walaupun";

  • "nang/nak" berarti "ke" atau terkadang juga "di" (bahasa Jawa standar: menyang);

  • "mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"

  • "mene" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: sesuk);

  • "maeng/mau" berarti "tadi".

  • "koen" (diucapkan "kon") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti "koen", kata "awakmu" juga digunakan. Misalnya "awakmu wis mangan ta?" (Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti "badanmu" (awak = badan)

  • "ladhing" berarti "pisau" (bahasa Jawa standar: peso);

  • "lugur/ceblok" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: tiba);

  • "dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);

  • "thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);

  • "temen" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: banget);

  • "pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standar: tetep);

  • "sembarang" berarti "terserah" (bahasa jawa standar: sekarep);

  • "iwak" berarti "lauk" (bahasa Jawa standar: lawuh, "iwak" yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);

  • "engkuk" (u diucapkan o) berarti "nanti" (bahasa Jawa standar: mengko);

  • "ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standar, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));

  • "nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";

  • "yok opo" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "piye" atau *"kepiye"; sebenarnya kata "yok opo" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa")

  • "peno"/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu

  • "waras" ialah sembuh dari sakit (dalam Bahasa Jawa Tengah sembuh dari penyakit jiwa)

  • "embong" ialah jalan besar / jalan raya (bahasa Jawa standar : "ratan/dalan gedhe")

  • "nyelang" arinya pinjam sesuatu

  • "cidek" artinya dekat

  • "ndingkik" artinya mengintip

Nah biar belajar istilah Surabaya nya makin seru, jangan lupa siapkan kudapan manis nan lezat khas Kota Surabaya. Apalagi kalau bukan Lapis Kukus Pahlawan nan lezat! Selain terkenal dengan tekstur yang lembut, kue berbahan dasar singkong ini juga memiliki rasa yang manis. Harga nya yang terjangkau juga membuat cemilan satu ini sering menjadi buruan para warga Surabaya hingga wisatawan saat mampir ke Kota Pahlawan. 

Penasaran ingin mencoba berbagai varian rasa dari Lapis Kukus Pahlawan ini secara langsung? Kamu bisa mengunjungi berbagai outlet dari kue nikmat ini yang sudah tersebar hampir di seluruh Kota Surabaya atau mendapatkannya di sini!