WISATA | 01 APR 2024

Masjid Bersejarah di SurabayaTujuan Utama Wisata Religi

Surabaya sebagai kota yang kaya akan sejarah dan budaya juga memiliki berbagai destinasi wisata religi yang mempesona. Ada sejumlah masjid di Kota Pahlawan yang bernilai sejarah tinggi dan punya arsitektur yang menakjubkan. Deretan masjid bersejarah di Surabaya ini sangat cocok untuk dikunjungi di momen-momen seperti Ramadhan atau Idul Fitri.

Masjid Bersejarah di Surabaya yang Bisa Dijadikan Destinasi Wisata Religi

Ini dia masjid yang bisa Anda kunjungi ketika ada di Surabaya:

  1. Masjid Sunan Ampel

Sumber: instagram.com/masjidinfo.id

Masjid ini dikenal sebagai salah satu masjid tertua di Surabaya. Sama seperti namanya, masjid yang satu ini didirikan oleh Sunan Ampel sekitar abad ke-15. Daya tarik utamanya terletak pada arsitektur masjid yang unik, serta keberadaan makam Sunan Ampel di dalamnya.

Masjid Sunan Ampel berbentuk bangunan joglo dengan atap tingkat tiga yang melambangkan tiga tingkatan iman yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Kawasan Masjid Sunan Ampel telah berkembang menjadi kompleks wisata religi yang selalu ramai dikunjungi sepanjang tahun. 

  1. Masjid Al Akbar

Sumber: instagram.com/vinnasword

Masjid Al Akbar merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal di Jakarta. Pembangunannya dimulai pada tahun 1995 dan diresmikan di tahun 2000. Masjid ini dibangun dengan arsitektur yang modern dan megah. Terdapat empat kubah raksasa dengan menara yang menjulang tinggi. 

Kubah masjid ini adalah kubah terbesar di Indonesia dengan diameter mencapai 60 meter. Tidak hanya bangunan masjid yang besar, kompleks Masjid Al Akbar juga sangat luas, dengan taman yang sangat asri. Pengunjung datang tidak hanya untuk melakukan kegiatan ibadah, namun juga untuk berolahraga hingga wisata kuliner di sekitar masjid.

  1. Masjid Rahmat Kembang Kuning

Sumber: instagram.com/lutfi__man

Sebagai salah satu landmark sejarah Kota Surabaya, Masjid Rahmat memiliki sejarah yang kaya. Meskipun didirikan pada tahun 1967, akarnya dapat ditelusuri hingga masa Sunan Ampel. Diceritakan bahwa atas kebaikan hati Sunan Ampel, ia memperoleh tanah dari Raja Majapahit, Prabu Brawijaya, yang kemudian dikenal sebagai Ampel Denta di Utara Surabaya.

Sunan Ampel, didampingi abdi dalem keraton Ki Wiro Saroyo, singgah di daerah Kembang Kuning dalam perjalanannya menuju Ampel Denta. Di situlah mereka mendirikan tempat ibadah awal, yang kemudian berkembang menjadi Masjid Rahmat. Setelah Sunan Ampel melanjutkan perjalanan, Ki Wiro Saroyo memilih menetap di tempat tersebut karena merupakan tanah kelahirannya.

Namun, setelah wafatnya Ki Wiro Saroyo, bangunan itu terbengkalai dan menjadi hutan. Hingga pada masa penjajahan Belanda, tempat itu ditemukan kembali dan diperbaiki menjadi surau. Pilihan lokasi oleh Sunan Ampel diyakini sebagai petunjuk ilahi.

  1. Masjid Cheng Hoo

Sumber: instagram.com/nrl__hkmh

Masjid Cheng Hoo merupakan simbol dari akulturasi budaya dan kepercayaan, yang menggabungkan unsur-unsur arsitektur Tionghoa dan Islam. Dominasi warna merah, kuning, dan hijau, mencerminkan nuansa Tiongkok kuno yang sangat kental. Pintu masuk masjid menyerupai pagoda, lengkap dengan relief naga dan patung singa, serta lafaz Allah pada puncaknya, semakin menambah keunikan masjid ini. Selain menjadi tempat ibadah bagi umat Islam, masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi yang menarik karena memberikan pengalaman spiritual unik dengan menyaksikan harmonisasi antara dua budaya yang berbeda.

  1. Masjid Kemayoran

Sumber: instagram.com/evermorepics

Masjid Kemayoran yang lokasinya dekat dengan gedung DPRD Jawa Timur ini memiliki sejarah panjang hingga ke masa penjajahan Belanda. Dulunya lokasi masjid berada di kawasan Tugu Pahlawan sehingga dianggap mengganggu oleh petinggi Belanda. Pembongkaran dan pemindahan pun tidak bisa dihindari, namun memicu penolakan dan peperangan hingga merenggut nyawa seorang kiai.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian memberikan hibah tanah untuk pembangunan masjid baru demi mendapatkan simpati masyarakat. Tanah yang dihibahkan itu dibeli dari seorang mayor, menjadi cikal bakal dari nama “Masjid Kemayoran”.