WISATA | 09 NOV 2023

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya: Sejarah, Tokoh, dan Faktanya

10 November 1945, sebuah tanggal yang menyala dalam ingatan sejarah Indonesia, ketika Surabaya menjadi saksi dari pertempuran epik antara rakyat Indonesia dan pasukan Sekutu. Pertempuran berlangsung selama 3 minggu 3 hari, terjadi pada tanggal 27 Oktober - 20 November 1945 di Surabaya. Pertempuran ini terjadi setelah bangsa Indonesia mendeklarasikan merdeka dari penjajahan. Pihak sekutu yaitu, Belanda (NICA) dan Inggris (AFNEI) ingin menguasai Indonesia yang baru saja lepas dari penjajahan Jepang.


Kali ini, CakMin akan menggali lebih dalam ke dalam sejarah dan mengungkap fakta-fakta menarik serta memperkenalkan para tokoh penting yang ikut membentuk babak penting dalam perjuangan pasca kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memerdekakan diri dari penjajahan setelah kekalahan Jepang atas tentara Sekutu pada tanggal 9 Agustus 1945. Kekalahan Jepang tersebut membuat Indonesia tidak memiliki pemerintahan dan terjadi kekosongan kekuasaan. Kekalahan Jepang tersebut membuat Indonesia tidak memiliki pemerintahan dan terjadi kekosongan kekuasaan.


Melihat situasi dan kesempatan atas pemerintahan yang belum stabil pasca kemerdekaan, Belanda mempunyai rencana untuk menguasai kembali Indonesia. Pasukan Sekutu tiba di Indonesia untuk mengontrol wilayah yang dulu pernah dikuasai oleh Belanda. Surabaya, kota pelabuhan penting di Pulau Jawa, menjadi titik lokasi target operasi tersebut.


  • Kedatangan Tentara Britania

Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, pada 15 September 1945, pasukan Inggris datang kembali ke Indonesia. Tentara Britania ini  tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Awalnya, AFNEI hanya menjalankan sebuah misi untuk membebaskan para tawanan perang yang ditahan oleh Jepang.


Namun, dibalik itu AFNEI ternyata mempunyai misi lain yaitu mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan sipil Hindia Belanda sebagai negeri jajahan Kolonial Belanda. Hal inilah yang menjadi titik awal terjadinya permasalahan dan kemudian membuat pasukan Indonesia melakukan perlawanan.


  • Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato

Belanda di bawah kepemimpinan W.V.Ch Ploegman mengibarkan bendera Belanda pada tanggal 18 September 1945 di malam hari. Peristiwa ini sangat membuat warga Surabaya geram. Pada saat itu, Surabaya sudah mengeluarkan maklumat untuk mengibarkan bendera merah putih di berbagai sudut kota


Panglima Soedirman, dikawal oleh Sidik Hariyono melakukan perlawanan dengan meminta Belanda untuk menurunkan benderanya. Sayangnya, permintaan itu ditolak sehingga pasukan Indonesia dan Belanda saling beradu tembak. Momen kericuhan di dalam hotel tersebut kemudian dimanfaatkan oleh mereka berdua untuk naik ke atas hotel dan merobek bagian biru bendera Belanda dan mengembalikannya menjadi bendera Indonesia.

Fase Awal: Tercetusnya Pertempuran Pertama

  • Indonesia Diminta untuk Menyerah kepada Sekutu

Inggris mulai melakukan propaganda dengan menyebarkan selebaran di berbagai wilayah di Indonesia pada tanggal 27 Oktober 1945. Pesawat Dakota milik Inggris berkeliling menyebarkan selebaran yang ditandatangani oleh Mayor Jenderal Hawton.

Selebaran itu mempunyai satu tujuan yaitu sebuah ultimatum yang ditujukan kepada pasukan Indonesia untuk menyerah kepada pihak Sekutu dalam waktu 48 jam. Tentara Inggris akan menembaki warga dan berbagai bangunan strategis jika permintaan tersebut tidak dituruti. Alhasil, gertakan itu membuat rakyat Surabaya menjadi sangat murka dan mulai muncul seruan di radio untuk mengusir pihak Inggris dari wilayah tersebut.


Situasi semakin memanas dan pertempuran tidak bisa terelakan lagi. Akhirnya pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadinya kontak senjata antara pasukan pemuda PRISAI dan pasukan Gurka milik sekutu. Di saat bersamaan, pihak Inggris mulai mengevakuasi wanita dan anak-anak di Kamp Gubeng. Tidak hanya itu, Jenderal AWS Mallaby pun mulai berani menguasai kendaraan berat milik pasukan Indonesia. Gabungan antara TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Polisi, dan badan perjuangan bersatu untuk melawan Inggris. Pertempuran tersebut dikepalai oleh Jenderal Mayor Yonosewoyo.


Sumber: Detik


  • Kematian Jenderal AWS Mallaby

Pada 30 Oktober 1945, malam hari, kelompok milisi Indonesia tidak sengaja berpapasan dengan kendaraan yang ditumpangi oleh Jenderal AWS Mallaby. Berawal dari adu mulut dan pada akhirnya adu tembak tak terelakan lagi diantara kedua kubu.


Di tengah-tengah baku tembak tersebut, salah satu tembakan tepat mengenai Jenderal AWS Mallaby dan mengakibatkan dia tewas seketika. Mobil Buick yang dikendarai Sang Jenderal terbakar dan menyebabkan jasad Jenderal AWS Mallaby sulit untuk diidentifikasi. Kematian Sang Jenderal sangat membuat pasukan Inggris murka. 


Pada 10 November 1945, tentara Inggris mengeluarkan ultimatum lanjutan agar pihak Indonesia menyerahkan seluruh persenjataan dan menghentikan perlawanan terhadap sekutu. Ultimatum tersebut ditolak secara mentah-mentah oleh pasukan Indonesia, dan membunyikan dengan lantang semboyan ‘Merdeka atau Mati’.

Para Tokoh dan Pemimpin Pertempuran Surabaya

Sumber: Gramedia


Beberapa kalangan ikut terlibat dalam memimpin pertempuran Surabaya ini. Berikut ini adalah daftar tokoh dan pemimpin yang memberikan andil besar dalam suksesnya pertempuran Surabaya:


  1. Bung Tomo

  2. Mayjen Sungkono

  3. KH. Hasyim Asy’ri

  4. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo

  5. HR Mohammad Mangoendiprodjo

  6. Soegiarto

  7. Muriel Stuart Walker

  8. Moestopo

  9. KH. Wahab Hasbullah

  10. Abdul Wahab Saleh


Fase Puncak: Pertempuran Besar di Surabaya

Mayor Jenderal Robert Mansergh, sebagai pengganti Jenderal AWS Mallaby, memberikan ultimatum terakhir kepada pihak Indonesia. Namun, ultimatum tersebut sangat merendahkan pasukan Indonesia. Penolakan mentah-mentah pun terjadi. Pasukan Indonesia sangat menentang dengan alasan bahwa Republik Indonesia sudah merdeka, dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara.


Tepat pada 10 November di pagi hari, kedua belah pihak melakukan pertempuran hebat. Mereka mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan. Pertempuran Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo yang memberikan komando atas pasukan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Bung Tomo menyemangati pasukan dengan semboyan yang sangat populer yaitu ‘merdeka atau mati’. Penolakan ini menjadi pencetus dari pertempuran puncak yang kelak menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Fase Akhir: Perlawanan Tiada Henti Oleh Pihak Indonesia

Tidak hanya Bung Tomo yang mengobarkan semangat membara untuk maju di garda depan melawan tentara Sekutu. KH. Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai lain sebagai tokoh besar sebagai pemuka agama juga turut menggerakkan santrinya untuk ikut terjun langsung dalam membela dan memperjuangkan kemerdekaan RI.


Serangan berlangsung selama lebih dari 3 minggu. Pada awalnya perlawanan pasukan Indonesia dilakukan secara sporadik dan kurang terkoordinasi. Akan tetapi semakin lama semakin mendapatkan ritmenya. Setidaknya terdapat sekitar 20.000 tentara dan 100.000 sukarelawan yang turut berjuang bersama.


Pertempuran Surabaya ini memakan banyak sekali korban yang berjatuhan. Baik dari kalangan pasukan Indonesia maupun dari pasukan Sekutu. Berdasarkan catatan, sekitar 20.000 jiwa harus melayang dari pihak pasukan Indonesia. Sedangkan pihak Sekutu kehilangan 1.500 jiwa. 

Banyak korban jiwa dari kedua belah pihak, termasuk warga sipil yang tak berdosa.

Kesimpulan dan Latar Belakang Diperingatinya Hari Pahlawan

Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945 memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Meskipun rakyat Surabaya tidak berhasil mengusir pasukan Sekutu sepenuhnya, perjuangan mereka membangkitkan semangat nasionalisme dan menunjukkan bahwa rakyat Indonesia siap berkorban demi kemerdekaan.


Pertempuran ini juga menjadi lambang perjuangan rakyat Indonesia dan terus dikenang hingga saat ini. Setiap tahun, pada tanggal 10 November, Indonesia merayakan Hari Pahlawan untuk menghormati para pejuang yang telah berjuang dan gugur dalam perjuangan kemerdekaan. 


Pemerintah membangun Tugu Pahlawan dan Monumen 10 November di Surabaya. Tempat ini menjadi wisata sejarah bagi siapa saja yang ingin mengenang jasa para 'arek-arek Suroboyo' yang gugur di medan perang. Seusai mengunjungi Tugu Pahlawan, jangan lupa untuk mencicipi Lapis Kukus Pahlawan yo Rek! Camilan lezat ini sangat mudah dibeli baik secara online atau dengan mengunjungi outlet secara langsung. Sangat cocok sebagai oleh-oleh untuk keluarga tercinta.