Artikel
6 Suku Asli yang Juga Tinggal di Jawa Timur, Indahnya Toleransi
Sebagai provinsi terbesar di Pulau Jawa, Jawa Timur memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Suku Jawa Timur, sebagai kelompok suku mayoritas di daerah ini, memiliki sejarah panjang dan memegang peran penting dalam perkembangan sosial, budaya, dan politik di wilayah ini.
Suku Jawa Timur memiliki karakteristik budaya yang khas, yang dapat ditemukan dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa dialek Timur adalah salah satu bentuk ekspresi budaya yang menjadi ciri khas suku ini. Suku ini juga dikenal dengan berbagai kesenian tradisional, seperti tari-tarian, wayang kulit, dan musik gamelan.
Adat dan tradisi memiliki peran penting dalam kehidupan suku Jawa Timur. Beberapa tradisi yang masih lestari hingga kini antara lain upacara selamatan, slametan dan kenduren, jaranan, dan sedekah laut. Kegiatan-kegiatan ini digunakan untuk merayakan peristiwa penting, seperti kelahiran, kematian, dan pernikahan, serta untuk memperoleh berkah dari para leluhur dan dewa-dewi.
Selain itu, suku Jawa Timur juga memiliki nilai-nilai dan filosofi hidup yang sangat dihormati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep kekeluargaan dan kebersamaan, yang dikenal sebagai gotong royong, adalah nilai yang sangat dipegang erat oleh suku ini. Suku Jawa Timur juga memiliki konsep kearifan lokal yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia dan alam.
Dalam sejarahnya, suku Jawa Timur memainkan peran penting dalam pembentukan kerajaan besar seperti Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit. Situs-situs bersejarah di provinsi ini, seperti Candi Penataran dan Candi Singosari, juga menjadi tujuan wisata yang populer bagi para pengunjung yang ingin berwisata ke ujung timur pulau Jawa.
Suku Asli di Jawa Timus (sumber: tribunnews)
6 Suku Asli yang Juga Tinggal di Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur, yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, merupakan rumah bagi berbagai suku bangsa. Selain Suku Jawa, beberapa suku lain juga eksis di provinsi ini yang memiliki Surabaya sebagai ibu kotanya. Berikut ulasan lengkapnya:
Suku Jawa
Suku Jawa merupakan suku terbesar yang mendiami Jawa Timur. Suku ini terkenal karena adat istiadat dan filosofi hidup yang mereka pegang erat. Warisan budaya yang dihasilkan oleh suku Jawa sangat beragam, mulai dari rumah adat, tarian, hingga bahasa daerah.
Suku Jawa juga dapat ditemui di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun, Suku Jawa di Jawa Timur cenderung memiliki gaya bicara yang lebih tegas dan intonasi yang lebih keras.
Suku Madura
Suku Madura adalah suku terbesar kedua yang ada di Jawa Timur. Suku ini berasal dari Pulau Madura dan dikenal sebagai suku yang banyak melakukan perantauan, sehingga tidak jarang kita dapat menemui mereka di luar Jawa Timur dan Pulau Madura.
Bahasa yang digunakan oleh suku Madura adalah bahasa Madura yang memiliki berbagai dialek, seperti dialek Bangkalan, dialek Sumenep, dan dialek Pamekasan. Secara umum, Suku Madura memiliki tradisi Islam yang kuat, meskipun beberapa di antara mereka masih menjalankan ritual seperti rokat tasse atau pethik laut.
Suku Osing
Suku Osing adalah sebutan bagi orang-orang yang mendiami beberapa wilayah di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Salah satu contohnya adalah Desa Kemiren.
Menurut beberapa sumber, Suku Osing diyakini merupakan keturunan rakyat Blambangan yang memilih menetap di Kabupaten Banyuwangi setelah peristiwa Puputan Bayu.
Bahasa utama yang digunakan oleh suku Osing adalah bahasa Osing, yang memiliki pelafalan yang khas dan terbagi menjadi dua gaya bahasa. Gaya bahasa pertama adalah Cara Osing, yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan gaya bahasa kedua adalah Cara Besiki, yang digunakan dalam acara keagamaan, ritual, dan pertemuan menjelang pernikahan.
Dengan keberagaman suku bangsa yang ada, Provinsi Jawa Timur menjadi wilayah yang kaya akan budaya dan tradisi yang beragam. Keberagaman ini merupakan salah satu daya tarik utama provinsi ini sebagai tujuan wisata budaya di Indonesia.
Suku Bawean
Suku Bawean dikenal dengan tradisi merantau mereka, dan mereka berdomisili di Pulau Bawean yang terletak di sebelah utara Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Suku Bawean juga dapat ditemukan di negara-negara lain seperti Singapura, Vietnam, dan Australia.
Tradisi merantau suku ini telah dilakukan selama berabad-abad, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda. Salah satu ciri khas adalah kegiatan mengantar orang terdekat yang akan merantau ke pelabuhan, dan memberikan perpisahan mereka.
Suku Tengger
Suku Tengger adalah salah satu suku yang tinggal di daerah dataran tinggi sekitar Pegunungan Tengger yang meliputi Gunung Bromo dan Semeru. Suku ini diyakini telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Suku Tengger, juga dikenal sebagai Jawa Tengger, memiliki berbagai upacara adat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, antara lain Pujan Karo, Pujan Papat, Pujan Kawolu, dan Unan-Unan.
Mayoritas masyarakat Suku Tengger menganut agama Hindu-Buddha yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Majapahit, yang dipadukan dengan tradisi leluhur mereka. Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah Bahasa Tengger, yang menurut beberapa ahli merupakan turunan dari Bahasa Jawa Kawi. Pernyataan ini didasarkan pada adanya beberapa kosa kata kuno dalam Bahasa Tengger yang mirip dengan Bahasa Jawa Kawi.
Suku Samin
Suku Samin tersebar di daerah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Jawa Timur, hingga ke Kabupaten Blora di Jawa Tengah. Masyarakat suku ini menganut Saminisme, yang mengajarkan ajaran Sedulur Sikep yang diturunkan oleh para pengikut Samin Surosentiko (Raden Kohar).
Mereka menggunakan Bahasa Jawa Ngoko untuk menunjukkan kesetaraan dan menilai orang berdasarkan tindakan mereka. Beberapa ajaran suku Samin meliputi tidak berdagang, tidak bersekolah, memakai ikat kepala, hanya memakai celana selutut, tidak berpoligami, dan menolak kapitalisme.
Meskipun jumlah suku Samin sedikit, mereka masih eksis hingga saat ini dan terkesan menjaga jarak dari dunia luar sebagai bentuk pemberontakan terhadap Belanda di masa lalu dan pemerintah saat ini. Meskipun terlihat terisolasi, mereka menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di luar suku Samin, tanpa membedakan perlakuan dan hanya memandang orang dari sifat dan perilaku mereka yang baik.
Keberagaman suku di Jawa Timur mencerminkan pluralitas budaya dan tradisi yang kaya di wilayah ini. Masing-masing suku memiliki warisan budaya yang unik dan berkontribusi pada kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan. Melalui pelestarian dan penghormatan terhadap warisan budaya ini, Jawa Timur terus menjadi tempat yang mempesona dan menarik bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Dari suku yang tinggal di Jawa Timur, ada satu hal yang menyatukan mereka yakni lapis kukus pahlawan Surabaya. Lapis Kukus Pahlawan adalah kue lapis khas Surabaya yang terbuat dari bahan baku tepung singkong dan tepung terigu, sehingga menciptakan citarasa yang khas. Makanan ini memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis pas. Dari anak-anak hingga orang dewasa, banyak orang di Jawa Timur yang menyukai makanan ini.
Selain menjadi makanan yang lezat, lapis kukus pahlawan Surabaya juga sering dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan yang datang ke Jawa Timur. Di kota Surabaya, terdapat banyak tempat yang menjadi pusat oleh-oleh lapis kukus pahlawan, di antaranya adalah Teras Lapis Kukus Pahlawan Surabaya yang berlokasi di Jl. Genteng Besar No.77, Genteng, Kec. Genteng, Surabaya.