WISATA | 24 AUG 2021

Kawasan Kota Tua Surabaya: Menyusuri Perjalanan Lorong Waktu di Kota Pahlawan

Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia, juga disebut-sebut sebagai metropolitan dan juga kota industri. Tidak heran jika banyak orang yang berkunjung ke kota ini guna menjalankan bisnis atau menjalankan pekerjaan. Surabaya juga terkenal dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang dahulu pernah terjadi di masa penjajahan Belanda, sehingga kota ini dijuluki Kota Pahlawan. Hal ini yang membuat beberapa kawasan di Kota Pahlawan ini dijuluki sebagai kota tua Surabaya karena memiliki nilai historikal sendiri dan menjadi kawasan wisata yang mengesankan. 

Beberapa kawasan itu terletak di bagian utara Kota Surabaya. Untuk mengetahui perjalanan sejarahnya lebih lanjut, yuk simak penjelasan di bawah ini!

1. Menyusuri Surabaya bagian utara: Kawasan kota tua Surabaya yang bersejarah

Gerbang Pusat Kya Kya Kembang Jepun Berwarna Merah sangat syahdu. Kota Tua Surabaya
Kyakya Surabaya (Sumber: Wahyudiari)

Tahukah kamu kalau kawasan Surabaya Utara menjadi salah satu tempat yang menyimpan banyak sejarah di Surabaya? Di daerah ini terdapat beberapa tempat ikonik, seperti kawasan Jembatan Merah, Kembang Jepun, Jalan Rajawali, Jalan Veteran, dan Tugu Pahlawan.

Kawasan Jembatan Merah dulunya menjadi kawasan yang paling sibuk pada zaman pendudukan Belanda. Hal ini dikarenakan kawasan ini menjadi pusat pemerintahan, perkantoran, hingga perdagangan. Kegiatan berdagang di kala itu melibatkan pedagang dari berbagai negara, seperti Eropa, Arab, dan Cina. 

Awalnya, jembatan ini dibangun untuk menghubungkan kawasan Surabaya Barat dan Surabaya Timur yang dipisahkan oleh Sungai Kalimas. Di tempat ini pula terjadi pertempuran antara para pemuda Surabaya dengan Brigjen Mallaby yang berakhir dengan tewasnya Brigjen Mallaby. Warna merah pada pagar besi jembatan memiliki simbol warna pertumpahan darah yang dulunya pernah terjadi di jembatan ini.

Tak jauh dari kawasan Jembatan Merah, ada lagi kawasan yang disebut Kembang Jepun atau yang juga disebut Kya-Kya. Di daerah ini dihuni oleh orang-orang Tionghoa yang juga berdagang untuk menunjang perekonomian. Pada tahun 2000-an, Kya-Kya menjadi daerah pecinan dan sentra kuliner Peranakan yang ramai dan dipenuhi dengan sentuhan budaya Cina. Namun kini sentra kuliner itu sudah tiada lagi.  

Beralih ke Jalan Veteran menuju Tugu Pahlawan, disini terdapat banyak gedung-gedung cagar budaya yang dilindungi. Kalau kamu menyusuri jalanan ini, kamu bisa merasakan suasana kota tua Surabaya karena sepanjang jalannya diapit oleh gedung-gedung tempo dulu bergaya kolonial. Muda-mudi Surabaya sering terlihat mengambil gambar dan video di wilayah bangunan-bangunan tua ini.

2. Pusat Kota Pahlawan yang menjadi saksi bisu pertempuran di tempo dulu

Hotel Majapahit berwarna putih melambangkan kota tua Surabaya
Hotel Majapahit (Sumber: Dailyhotels)

Dari Surabaya Utara, kini kita menyusuri Surabaya bagian pusat dimana kawasan ini juga menjadi salah satu wilayah kota tua Surabaya sekaligus landmark yang ikonik di Kota Pahlawan.

Jalan Tunjungan disebut-sebut sebagai titik komersial yang paling bersejarah di Kota Surabaya. Bagaimana tidak, keberadaan jalan ini sudah ada sejak tahun 1930. Perkembangannya pun sangat pesat sejak tahun itu, mulai dari dibukanya toko-toko yang menunjang ekonomi warga setempat hingga dibukanya gerai dealer mobil. Inilah yang membuat Jalan Tunjungan sebagai pusat perdagangan vital di Surabaya.

Selain dari segi ekonomi, Jalan Tunjungan juga memiliki nilai historikal yang tinggi bagi arek-arek Suroboyo. Pasalnya, di jalan ini dulunya pernah terjadi pertumpahan darah antara pemuda-pemudi Surabaya dan penjajah kolonial yang berjuang untuk memerdekakan Tanah Air.

Di Jalan Tunjungan terdapat Gedung Siola yang dulunya merupakan tempat menahan serangan Sekutu. Sebelumnya, gedung ini bernama Whiteway Laidlaw yang dimiliki oleh Robert Whitelaw, seorang pengusaha pakaian dan tekstil asal Inggris. Setelah beliau meninggal, gedung ini dibeli oleh seorang pengusaha Jepang yang bernama Chiyoda. Dalam perjalanan sejarahnya, Gedung Siola menjadi saksi bisu atas peperangan melawan Sekutu.

Ada pula hotel megah ikonik yang seharusnya dikenal oleh seluruh warga Tanah Air, yaitu Hotel Majapahit. Sebelumnya hotel ini bernama Hotel Yamato. Kalau kamu masih ingat pelajaran sejarah di bangku sekolah dasar, disinilah peristiwa perobekan bendera Merah Putih Biru Belanda menjadi bendera Merah Putih Indonesia terjadi. 

Hotel ini pun menjadi saksi bisu dari pertumpahan darah atas peristiwa heroik tersebut. Hingga saat ini Hotel Majapahit yang berlokasi di Jalan Tunjungan masih eksis menjadi hotel bintang 5 di Surabaya. Dengan mempertahankan arsitekturnya yang bergaya kolonial Belanda, hotel ini menawarkan sensasi menginap yang mewah. 

3. Gedung-gedung peninggalan masa penjajahan Belanda yang kini beralih fungsi menjadi museum

Gedung Siola berwarna putih dengan tulisan tunjunGAN berwarna putih dan merah. Kota tua surabaya.
Gedung Siola (Sumber: Pemerintah Kota Surabaya)

Kini tempat-tempat bersejarah di wilayah kota tua Surabaya beralih fungsi menjadi gedung-gedung cagar budaya dan juga museum. Seperti Gedung Siola yang saat ini menjadi Museum Surabaya yang menyimpan ratusan barang-barang sejarah. Begitu pula beberapa gedung di Jalan Veteran yang dulunya menjadi tempat penyimpanan peralatan perang kini beralih fungsi menjadi gedung Bank Mandiri dan Polrestabes Surabaya.

Ada juga beberapa gedung di Jalan Rajawali yang dulunya merupakan bekas kantor perkebunan besar, saat ini gedung-gedung itu berubah menjadi perkantoran milik pemerintah maupun swasta.