Artikel
Filosofi Rawon Surabaya: Dahulunya Makanan Raja atau Rakyat Jelata?
Surabaya menjadi salah satu kota kiblat kuliner karena memang memiliki banyak makanan khas yang sangat memanjakan lidah. Salah satunya adalah rawon. Kamu menyukainya? Jika iya, seberapa kenal kamu dengan makanan berkuah hitam ini? Apa kamu tahu tentang filosofi rawon Surabaya?
Jika kamu belum tahu, bisa nih menyimak penjelasan berikut ini sebagai pengetahuan umum yang patut untuk diingat. Sebab, siapa sih yang tidak merasa bangga jika memiliki pengetahuan bahkan sesederhana mengetahui filosofi sebuah makanan?
Yuk, langsung disimak saja!
Filosofi Rawon Surabaya
Menjadi bagian salah satu makanan warisan khas Indonesia, rawon memang sangat digemari oleh banyak kalangan. Sebenarnya, apa sih filosofi di balik makanan khas asal Surabaya ini?
Nah, konon, karena rawon memiliki bumbu rempah yang kuat, seluruh bumbu itu menyatakan bahwa nusantara begitu beragam. Keberagaman tersebut bisa bersatu dan berdampingan sehingga membentuk sesuatu yang harmonis, sebagaimana berbagai rempah-rempah yang menjadi bumbu rawon yang menjadi satu dan justru membuat makanan ini begitu lezat.
Kuah hitam yang berasal dari kluwek ini juga memiliki arti khusus loh. Ini nantinya berkaitan dengan potongan daging yang berada di dalam rawon. Kedua hal ini kemudian berkaitan dengan sejarah rawon.
Masih Kabur: Dahulunya Makanan Kerajaan atau Rakyat Jelata?
Masih belum jelas rawon saat pertama muncul merupakan makanan yang dikonsumsi kalangan kerajaan atau justru kalangan rakyat biasa. Banyak yang menyatakan bahwa rawon merupakan makanan kalangan kerajaan dengan alasan terdapat potongan daging di dalam makanan ini yang hanya bisa dibeli oleh kalangan raja.
Akan tetapi, hal tersebut mendapat bantahan dengan alasan bahwa makanan yang cepat menyebar beritanya seringkali dikonsumsi oleh rakyat biasa karena bisa menjangkau semua kalangan.
Perkembangan Rawon
Saat ini, rawon sudah berkembang pesat cara pengolahannya. Hal ini dibuktikan terdapat rawon yang tersaji dalam kemasan siap saji yang kemudian menjadi bahan ekspor sehingga bisa dikonsumsi oleh masyarakat dunia dan mereka menyebutkan black soup karena kuahnya yang berwarna hitam.
Hal tersebut juga terjadi di Indonesia karena muncul berbagai variasi isian lainnya selain daging seperti rawon setan, rawon dengkul, rawon nguling, rawon malang, rawon buntut, dan lainnya.
Rawon Setan Berkaitan dengan Sejarah Horor Surabaya?
Banyaknya variasi isian rawon dengan namanya yang berbeda-beda menjadi daya tarik tersendiri untuk makanan ini. Dan, salah satu yang paling mencolok tentu saja nama rawon setan. Apakah rawon ini berkaitan dengan sejarah horor yang ada di Surabaya?
Tidak ternyata. Bahkan, banyak makanan yang dinamakan “setan” pasti karena rasanya yang begitu pedas, tetapi tidak dengan rawon setan. Dinamakan rawon setan ternyata karena penjualan rawon ini hanya dimulai saat tengah malam hingga dini hari.
Itulah filosofi rawon Surabaya yang bisa kamu ketahui ya. Sekarang, saat ingin makan rawon, pasti jadi merasa mengenal makanan ini lebih dekat, bukan?
Eh, jangan lupa loh untuk membeli oleh-oleh saat berkunjung ke Surabaya. Tidak usah bingung, melu Lapis Pahlawan siap menanti kamu untuk dijemput. Harganya murah meriah kok dengan cita rasa yang begitu lezat. Mudah dibawa ke mana-mana karena ukurannya tidak memakan tempat.
Bahkan, jika kamu ingin menjadikan Lapis Pahlawan sebagai kiriman ke luar kota dengan jangka waktu kirim beberapa hari, Lapis Pahlawan tidak masalah loh karena awet meskipun disimpan di luar lemari pendingin. Variasinya juga beragam sehingga akan cantik jika dijadikan hampers.