Artikel
Mengulik Kisah Gedung Setan, Bangunan Tua nan Mistis di Surabaya
Jika Anda berkunjung ke Surabaya dan melintasi Jalan Banyu Urip Wetan, pasti akan melihat bangunan tua berlantai dua dan tampak tidak terawat. Itulah bangunan yang terkenal dengan nama Gedung Setan Surabaya.
Bangunan itu kini dihuni sekitar 40 keluarga Tionghoa yang telah tinggal di sana sejak periode kemerdekaan Indonesia.
Lantas, sebenarnya ada cerita apa di balik tembok Gedung Setan? Mengapa dinamai demikian?
Asal-usul Gedung Setan Surabaya
Sumber: instagram.com/madmax_photography71
Gedung Setan telah berdiri sejak tahun 1815 (tahun selesai pembangunan) dan tadinya merupakan kantor VOC. Gedung ini berarsitektur kolonial dengan modifikasi di beberapa bagian agar sesuai dengan iklim tropis Indonesia.
Pemilik pertamanya adalah J.A Riddle Von Middelkoop, seorang pimpinan VOC wilayah Jawa Timur. Setelah tumbangnya VOC dan kemerdekaan Indonesia, gedung ini beralih kepemilikan ke dr. Teng Khoen Gwan. Seorang dokter keturunan Tionghoa yang membelinya tahun 1945.
Namun, dr. Teng tidak menempati gedung tersebut. Sebaliknya, dr. Teng berencana menjadikan bangunan yang terlihat megah di zamannya itu sebagai tempat transit jenazah dan rumah duka. Tentu saja, karena area di sekitar gedung tadinya adalah area pemakaman Tionghoa. Gedung Setan adalah satu-satunya bangunan yang berdiri di sana.
Rencana tersebut berubah di tahun 1948, saat terjadi pemberontakan PKI dan pembantaian besar-besaran di Madiun. Sang dokter memutuskan gedungnya berubah menjadi tempat penampungan sementara para keturunan Tionghoa.
Sejak saat itu, puluhan keluarga tinggal di Gedung Setan. Lalu jumlahnya bertambah saat gelombang migrasi kedua terjadi di tahun 1965, setelah G30S PKI. Saat itu, sentimen anti Tionghoa mengakibatkan banyak warga keturunan yang mengungsi ke bangunan ini.
Hingga akhir 1965, satu ruangan di Gedung Setan harus menampung hingga 20 orang pengungsi. Jumlahnya menyusut seiring waktu, meskipun hingga kini masih ada keluarga pengungsi yang tinggal di sana turun temurun.
Tercatat, kini penghuni bangunan ini adalah generasi keempat. Mendiami 40 ruangan yang ada, mereka berjumlah sekitar 40 KK dan tinggal secara komunal di tempat tersebut.
Benarkah Gedung Setan Surabaya Angker?
Sumber: instagram.com/madmax_photography71
Nah, menilik sejarah pembangunan dan penggunaanya, sekilas tidak ada yang menyeramkan dari gedung tersebut. Kecuali penampilannya yang kusam dan tidak terawat. Lantas, dari mana bangunan berusia 200 tahun ini mendapatkan namanya?
Menurut masyarakat sekitar, penamaan Gedung Setan karena kondisi sekitarnya yang gelap, sunyi, dan terkesan angker. Tentu saja, karena lahan tempat bangunan berdiri adalah pemakaman.
Ditambah lagi gedung tersebut tidak mendapat suplai listrik hingga awal periode orde baru. Kondisi yang gelap, suram, dan mistis tersebut membuat masyarakat menganggap bangunan tersebut angker. Hingga muncullah nama Gedung Setan.
Lantas, adakah kejadian mistis di sana? Layaknya gedung tua, beberapa kali tentu ada cerita seram yang membayanginya. Seperti yang beberapa kali dilansir media. Namun, sejatinya gedung ini justru menyimpan banyak sejarah, termasuk kisah solidaritas kaum Tionghoa.
Gedung Setan Menjadi Cagar Budaya
Sumber: instagram.com/_wildan87
Di tahun 2013, pemerintah Surabaya menetapkan bangunan ini sebagai cagar budaya kelas B. Alasannya karena arsitektur bangunan yang khas dan usianya yang telah melebihi dua abad. Namun, kondisi gedung yang rusak di beberapa bagian tidak bisa mendapat bantuan revitalisasi pemerintah karena bangunan ini adalah milik pribadi.
Jika Anda berwisata ke Kota Pahlawan dan ingin melihat salah satu sisi budaya dan sejarahnya, Gedung Setan patut masuk ke dalam daftar kunjungan. Berkunjung secara mandiri pun tidak masalah, karena pengurus gedung akan dengan ramah menyambut Anda.
Bagaimana? Tertarik melihat bangunan bersejarah yang menyimpan banyak ragam cerita ini? Yuk, melihat sisi lain Gedung Setan Surabaya beserta ragam kisahnya!