Artikel
Monumen Bambu Runcing Surabaya, Simbol Pejuang Bangsa
Kamu pasti pernah mendengar senjata andalan bangsa Indonesia yang satu ini. Bambu runcing, senjata yang sering diremehkan lawan tapi bisa menjadi alat menyerang sekaligus melindungi diri para pahlawan. Senjata tradisional yang digunakan di masa penjajahan ini punya makna yang sangat dalam untuk Indonesia.
Senjata sederhana ini punya cerita panjang yang mengharukan tentang perjuangan di masa lalu. Untuk mengenang perjalanan pahlawan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan bambu runcing, dibangunlah sebuah monumen bernama Monumen Bambu Runcing.
Monumen ini dibangun di dua daerah di Indonesia. Surabaya dan Magelang adalah dua kota yang memiliki monumen bersimbol senjata tradisional bangsa ini. Monumen Bambu Runcing ada di Jalan Panglima Sudirman, Surabaya. Letaknya pas di tengah kota, kamu mungkin beberapa kali melewati Monumen Bambu Runcing jika berkeliling Surabaya.
Monumen ini berada di tengah jalan raya yang selalu padat sejak pagi hingga malam. Kalau kamu ingin menikmati Monumen Bambu Runcing, kamu bisa duduk di taman dekat monumen. Taman kecil ini ada di seberang Monumen Bambu Runcing. Kamu bisa duduk santai di taman ini sambil menikmati pemandangan Monumen Bambu Runcing lengkap dengan kepadatan lalu lintas yang melintasi jalan sekitar monumen.
Awal mula senjata tradisional andalan Indonesia
Bambu runcing pertama kali muncul pada tahun 1942. Uniknya, ternyata bambu runcing bukanlah ciptaan bangsa Indonesia sendiri. Memang, bambu runcing dijadikan senjata tradisional oleh masyarakat Indonesia untuk melawan penjajah, tapi sebenarnya bambu runcing diciptakan oleh Belanda saat Jepang akan memasuki Pulau Jawa. Belanda mengira bahwa Jepang akan mengirim pasukan Payung Kalijati sehingga Belanda menyebar bambu yang ujungnya dibuat runcing. Ini dilakukan untuk menggagalkan aksi Jepang. Sayangnya, ternyata pasukan Jepang mendarat di dekat Eretan dan langsung bergerak menuju Subang.
Rencana Belanda yang gagal ini dimanfaatkan oleh pemuda Indonesia.
Bambu runcing, senjata makan tuan untuk Belanda
Dengan keterbatasan senjata yang dimiliki Indonesia, para pemuda memanfaatkan bambu-bambu runcing ini untuk latihan oleh Seinendan, Keibodan, Gakutotai, Hizbullah, dan gerakan pemuda lainnya. Senjata yang dibuat Belanda ini justru digunakan Indonesia untuk melawan Belanda.
Seiring berjalannya waktu, bambu runcing nggak cuma digunakan tanpa pendampingan apapun dimulai dari Parakan salah satu daerah di Temanggung, bambu runcing digunakan dengan doa dan tenaga dalam dari para tokoh agama. Tokoh agama yang paling terlibat adalah K. H. Subkhi atau Subuki, K. H. R. Sumo Gunardo dan kiai lain dari Parakan.
Mengenang kegigihan pahlawan di Monumen Bambu Runcing
Monumen Bambu Runcing dibangun untuk mengenang perjalanan perjuangan para pahlawan menggunakan senjata tradisional yang sangat sederhana ini. Monumen Bambu Runcing didirikan untuk mengenang keberanian, keteguhan dan kegigihan pahlawan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bahkan dengan senjata yang terbatas dan sangat sederhana.
Monumen Bambu Runcing terdiri dari lima pilar berbentuk bambu runcing. Masing-masing pilar memiliki tinggi yang berbeda. Monumen ini dikelilingi tanaman-tanaman cantik untuk melengkapi monumen. Monumen Bambu Runcing juga bisa berubah menjadi air mancur. Biasanya air akan keluar dari masing-masing pilar saat malam atau sore hari.
Monumen Bambu Runcing berada di jalan utama Kota Surabaya, jadi pastikan kamu pernah melewati monumen ini saat sedang bermain di Kota Pahlawan. Kalau kamu ada waktu, kamu bisa berhenti untuk santai sejenak di taman kecil seberang Monumen Bambu Runcing. Menikmati monumen bersejarah, menyelami kegigihan pahlawan untuk melawan lawan dengan senjata tradisional yang sangat sederhana. Kalau kamu mampir ke Kota Pahlawan, kamu juga wajib mencoba oleh-oleh khasnya. Lapis Kukus Pahlawan adalah oleh-oleh khas Kota Pahlawan. Kue lapis yang lembut ini wajib kamu coba kalau kamu bermain ke Surabaya.